bukannya aku hidup sendirian, kok. aku tidak hidup terisolasi dari manusia lain, di pulau antah berantah. di sekelilingku banyak kok, organisme satu spesies. apalagi, sekarang masa liburan. aku ada di rumah -- setidaknya ada tiga orang yang menemaniku dari bangun tidur hingga kembali tidur lagi.

atau justru itu?

selama setahun ke belakang ini, aku termasuk lebih jarang pulang ke rumah dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya. bukannya tidak ingin, tetapi memang beban kesibukan perkuliahan dan kepanitiaan yang membuatku tidak dapat pulang sesering dulu. karena inilah, setiap kali aku pulang ke rumah, ada saja hal yang berubah -- baik itu adanya perabot baru atau karena adanya perubahan tata letak perabot di rumah. karena ini juga, aku seringkali kebingungan mencari barang-barang yang berpindah tempat atau berganti wujud menjadi lebih baru. secara fisik, rumahku terasa 'asing'. aku harus kembali beradaptasi dan mempelajari letak barang-barang di dalamnya.

selain fisik rumahku, aku juga mulai merasa terasing oleh penghuninya: kedua orang tuaku.

bukannya kami jarang bertemu; setahun ke belakang, frekuensi mereka mengunjungiku di bandung sebenarnya malah bertambah, karena adikku baru memasuki bangku kuliah tahun lalu. kedua anak mereka ada di bandung sekarang. namun, aku merasa tidak sedekat aku yang dulu dengan mereka. aku juga bingung mengapa.

aku merasa selama setahun ke belakang ini aku mengalami pertumbuhan dan pendewasaan secara drastis -- dan mereka tidak menyaksikan semua itu. mungkin memang salahku, tidak menceritakan apa-apa yang aku alami kepada mereka. namun, seiring dengan berjalannya waktu dan banyaknya kejadian yang membuatku tertampar bahwa aku harus segera menjadi orang dewasa, aku semakin enggan untuk menceritakan masalah-masalahku kepada mereka. mereka semakin tua; aku tidak ingin membebani mereka dengan masalah-masalah yang malah membuat mereka semakin khawatir.

oleh karena itu, aku bercerita kepada orang-orang yang 'ada' di sekitarku: teman-teman dekatku di perkuliahan. menurutku, kami sama-sama 'senasib' karena kami adalah anak-anak rantau yang orangtuanya tidak dapat mendampinginya di sisinya selama perkuliahan di bandung. rasa 'senasib' ini membuat kami merasa harus saling menjaga dan melindungi; saling mendengarkan dan memberikan saran ataupun nasihat bila dirasa perlu -- karena tidak lagi ada orang tua yang dapat melakukannya untuk kami 24/7. kami menjadi lebih dekat dari sebelumnya; secara emosional.

ini membuatku merasa aku telah memiliki keluargaku sendiri di bandung. di kampus gajah, di ruang kelas, di lab instruk, di himpunan, di kantin saraga atau di east corner kadang-kadang. aku senang berangkat kuliah karena aku senang akan ide bahwa aku akan bertemu keluargaku. setiap hari.

ketika aku pulang ke rumah pada akhir semester lalu, untuk pertama kalinya aku merasa sedih harus meninggalkan bandung. waktu kepulanganku aku undur sejauh yang dapat kulakukan. sambil menunggu, aku mengisi hari-hari awal liburan semesterku dengan mengobrol bersama teman-temanku; keluargaku. berbincang dengan mereka membuatku merasa senang; merasa puas.

sekarang, ketika aku sudah di rumah, sayangnya aku tidak dapat mendapatkan perasaan yang sama dengan berbincang dengan keluargaku.

ingin mengobrol, tapi sama siapa?

Posted on

Monday, June 11, 2018

Category

,

Leave a Reply