2020

 Hello!

2020 flies by -- the year went like it's January, February --> (COVID-19) --> December?!?!?!

It's December already, which means it's time for my annual best moments of the year throwback. Yes, despite this year being the most unusual year of my life, ternyata masih ada momen-momen memorable dan membahagiakan di dalamnya <3.

This year is so different than the other years of my life, for some reasons:

1. First and foremost: the freaking pandemic. It changes our lives so dramatically -- and mine in particular, as this pandemic actually provides me an opportunity for a first full-time job after graduating last year.

2. After 19 years, for the first time, I spent an entire year without being enrolled in school. (Yes, I started going to playgroup in 2000, and finished my undergrad in 2019)

3. I am employed in a full-time job!!! with my own salary!!! in S, so far away from home!! I spent the majority of this year not being at home, on my own, without the company of my family -- I still resided in Bandung in January and Februray, and I started working in S in June, and will later celebrate the New Year's here as well. 

4. I keep in touch with most of my friendships online -- meetups and trips with friends are on rarer occasions this year, again: because of reason number 1. 


Alright, let's get to it, shall we?


1. January

Tidak seperti tahun-tahun berikutnya, malam tahun baru kami sekeluarga kami habiskan di rumah.

Tahun ini dimulai dengan hujan deras -- deraaaaas sekali. Hanya sedikit kembang api yang bisa kami lihat, mungkin karena perayaan terhalang hujan pula. Bangun di pagi hari tanggal 1 Januari di dekade baru, kami masih ditemani hujan yang ternyata tak berhenti sejak semalam. Hari berjalan, air sungai meninggi, perumahan kami pun banjir. Banjir yang besaaar sekali -- lebih parah dari banjir-banjir Bekasi sebelumnya. Air hampir memasuki teras rumah kami; sementara itu, daerah-daerah lain jauh lebih parah. Rumah lama kami di Jatiasih bahkan terendam hingga atapnya tak kelihatan. 

Papa di depan rumah di pukul 4 sore, memandangi air banjir yang semakin meninggi dan mendekati rumah :")

Hari itu diikuti oleh tiga hari dengan suplai air bersih yang terbatas dan jalanan bernoda lumpur dan berbau amis. 

What a way to start a new year, eh? 

Syukurlah, bukan itu saja highlight Januari-ku. Bulan ini juga menjadi bulan pertama aku mengalami interview kerja, yaitu di Shpee, untuk program GLP-nya. Aku mendaftar di ITB Career Day di bulan Oktober, dan setelah melewati beberapa proses tes tertulis, aku diundang menghadiri tahap berikutnya, yaitu FGD dan interview oleh HR. Acaranya berlangsung dua hari: hari pertama, kami diundang ke kantor mereka di SCBD untuk dinner dan saling berkenalan antar peserta dan jajaran pimpinan perusahaan. Acaranya sore-malam, sehingga aku ditunggu Papa untuk pulang bersama-sama naik bus ke Bekasi.

Dipotret dari jembatan penyeberangan aesthetic di Sudirman

Senang rasanya, merasakan sekejap kehidupan eksekutif muda di SCBD hahaha. Lebih senang lagi karena aku pulang bareng Papa, malam-malam di Jakarta, merasakan rasanya 'pulang kerja' untuk pertama kalinya.
Lusanya, aku diundang ke kantor mereka di Mega Kuningan untuk FGD dan interview oleh HR. Di hari itu, aku menyapa kembali beberapa teman yang sudah kukenal di hari sebelumnya; salah satunya Dea dan Adream.

Pemandangan Mega Kuningan hari itu

Hari itu, kami dibagi menjadi grup-grup kecil dan harus memecahkan masalah yang diberikan oleh fasilitator. Aku berkenalan dengan anggota lain grupku yang hanya dua orang dari semestinya lima orang: Kiendl dan (aku lupa namanya :"D). Mereka berdua pun ternyata alumni ITB yang baru lulus bulan Oktober, seperti aku. (BTW, banyak sekali anak ITB yang kutemui selama proses ini). 
Hari itu hari Sabtu, acara dimulai dari pagi hingga siang, sehingga aku pulang sendiri. Yang lucu adalah hari itu aku sudah mempersiapkan diri untuk pulang naik bus AC05 ke Bekasi, dan sudah spesifik diberitahu Papa untuk menunggu di depan Hotel Kartika Chandra -- tapi aku ngeyel setelah lihat Google Maps yang menyatakan ada halte lain tempat menunggu bus itu. Aku menunggu sejam lebih, tidak juga ada yang datang -- ternyata, bus sudah masuk tol di tempat itu :") Sambil marah-marah dan kepanasan, aku berjalan kaki ke depan hotel. Asyiknya, di Bekasi aku turun di depan Pempek Gaby, jadi jajan dulu :3
'Perjuangan' commuting ke Jakarta ternyata membuahkan hasil -- aku dipanggil untuk interview lanjutan oleh dua kepala departemen. Interviewnya sejam saja, namun di dua hari berbeda, sehingga aku jalan-jalan ke Jakarta dua kali lagi!

Foto habis interview di atas Feeder

Selama dua hari, aku bolak-balik Bekasi-Jakarta dengan naik bus Feeder dari rumahku. Hari kedua menjadi lebih spesial karena aku mengakhiri perjalanan dengan mampir ke Plaza Senayan untuk jajan Xing Fu Tang dan belanja sedikit di Kinokuniya. Lagi, aku mencicipi rasanya menjadi 'eksekutif muda' di Jakarta hahahaha.


Oh iya, highlight lainku di bulan ini adalah aku mencoba beberapa olahraga baru: ice skating dan bowling!


Ice skating kami lakukan karena adikku sedang ngefans pada pasangan skater dari Kanada, Scott Moir dan Tessa Virtue. Berharap bisa menirukan gerakan mereka, kami pergi ke AEON Cakung untuk main ice skating di skating rink-nya yang (katanya) berukuran sesuai standar olimpiade. Jadilah kami: dua orang tertatih-tatih di atas es yang struggling untuk tidak berpegangan pada railingnya :"D. Kunjungan kami ternyata berlangsung beberapa kali -- by the time of our last visit, setidaknya aku sudah bisa meluncur sendiri..

Aku masih tinggal di kost selama beberapa waktu, sehingga ketika ada waktu, Mama dan Papa mengunjungi aku dan adikku di Bandung. Di salah satu kesempatan itulah kami pergi bermain bowling di Siliwangi Bowling. Belasan tahun tidak bermain, bowling ternyata sulit, ya..

Selama di Bandung, aku masih membantu beberapa proyek Banana Group, sehingga masih rutin pergi ke Lab Gene dan PAU di kampus. Kebersamaan dengan teman-teman di sana masih beberapa kali kurasakan; misalnya, saat kami menjenguk Kak Icap yang baru saja melahirkan, dan finale-nya adalah foto studio bersama Banana Group dan makan-makan di Sari Sari bersama Bu Fenny.


Menjenguk kak Icap di Santosa Hospital, dilanjut makan-makan di 23 Paskal

Foto studio kami di Jonas, yang lalu..

.. dilanjutkan makan-makan

Di Bandung tidak lengkap tanpa jalan-jalan bersama teman, dan kali ini partner jalan-jalanku adalah Kiem! Tujuan kami adalah thrift-shopping di Pasar Cimol, Gedebage. Hari itu kami naik motor Kiem, dan berhasil sampai di tujuan sebelum hujan turun. Kami keliling-keliling dan menemukan beberapa jaket lucu~

Beberapa jaket keren yang aku coba. I ended up buying the ones in the middle and the bottom.

Kiem is the perfect partner for thrifting because he's frugal dan berani nawar~ Thanks to Kiem, we got great bargains that day! 
Anyway, hari itu ternyata hujan turun dengan deras, namun hari sudah sore dan kami masih jauh dari rumah -- akhirnya, kami pulang dengan bertudungkan jas hujan dan makan malam dulu di Soto Boyolali. It's really nice to eat something warm ketika habis kehujanan. I had a really great day and got two 'new' jackets with each priced only ~$1.


Bulan Januari aku tutup dengan Sincia bersama keluarga besar Mama, yang diakhiri dengan dinner di sebuah hotel di Bandung. Siapa menyangka, ini event keluarga besar terakhir sebelum Pandemi?


2. February

Februariku kuawali dengan jalan-jalan bersama Bintaro Mamen ke Perpustakaan Nasional. 

Dengan dipimpin oleh Bundo yang selalu semangat menyiapkan itinerary buat kami, hari itu, aku, Kira, Esti, Mentari, dan Feni berangkat dan bertemu di Perpusnas. Aku dan Feni sama-sama naik KRL jurusan Jakarta Kota dari Bekasi, jadi kami turun dan bertemu di stasiun -- sekalian bertemu Esti yang juga turun di sana. Kami bertiga lebih dulu naik Go-Car ke sana, kemudian menunggu Bundo, Kira, dan Mentari.

Sesampainya di sana, kami antre membuat kartu perpustakaan dulu -- that really took a while karena hari itu hari Minggu dan perpustakaan sangat ramai. Semakin siang, perpustakaan benar-benar semakin ramai. Ada 24 lantai di sana, dan hanya dua atau tiga lift yang beroperasi -- benar-benar sulit buat kami mendapatkan kesempatan naik karena lift selalu penuh setiap kali membuka. Nevertheless, kami berkesempatan mengunjungi beberapa bagian koleksi, termasuk lantai paling atas dan melihat Monas dan Jakarta dari ketinggian. 

Setelah itu, kami makan siang di restoran masakan Minang favorit Bundo di Jakarta: Bopet Mini di Benhil!



Nikmat sekali makan saat sedang kelaparan, dan minum es teh manis saat cuaca sedang panas-panasnya :). Selain itu, karena tidak mengambil lauk daging, makananku dan Mentari jadi murah sekali -- hanya belasan ribu harganya! Senang sekali makan makanan enak dan murah..

Setelah itu, kami pergi ke tujuan berikutnya, yaitu Ragusa Es Italia di dekat Masjid Istiqlal. Kami naik busway, namun tidak tanpa beberapa kebingungan-kebingungan mungil tentang rutenya..



Sesampainya di sana, Ragusa penuh sekali oleh pengunjung. Di sana kami janjian bertemu dengan Agus, yang datang bersama temannya. Es krimnya enak, tapi rasanya makan di sana seperti sedang di-osjur oleh kakak tingkat, soalnya banyak sekali pengunjung yang menunggu giliran duduk :") Oh ya, di sana kami tiba-tiba bertemu Faishal juga.



Setelah itu, kami berencana pergi ke Masjid Istiqlal untuk sholat -- tapi sayang sekali, aku mendapat telepon mendadak dari Papa yang memintaku pergi ke RSPAD untuk menjenguk omku. Di sana aku berpisah jalan dengan teman-teman. 

That was a great day to spend with friends, indeed..

And then I went back to Bandung -- lagi-lagi untuk ngelab dan menyelesaikan kerjaan bareng-bareng. Karena (((gabut? tapi ngga juga though, aku masih ngelab zzz))), aku sempat jalan-jalan dan nonton bioskop bersama Sigit dan Prani di Istana Plaza. 


Ceritanya, hari itu aku dan Sigit pergi bersama dari kampus; bertemu di sana dengan Prani. Kami pergi nonton film di bioskop Cinemaxx -- studionya sepii sekali; hanya ada kami bertiga dan beberapa orang lain saja. Kami nonton Little Women; kedua kalinya aku nonton setelah nonton bersama adikku. I love the movie; hence aku mau saja nonton dua kali, hahahha. 
Setelah nonton, kami makan dan jalan-jalan keliling mall, ngobrolin banyaaak sekali karena sudah lama kami nggak melakukan itu. Sebelum pulang, sambil duduk di Kopi Janji Jiwa, kami sempat merencanakan 'farewell trip' buat Sigit sebelum ia berangkat ke Belanda: menjelajahi Jawa Timur dan ke Bromo sembari menengok Dila di Malang. Sayang sekali, rencana itu tidak bisa terwujud sebelum ia berangkat :") semoga saja di masa depan kita bisa merealisasikannya!

Beberapa hari kemudian, Papa ulang tahun! Kami dinner sekeluarga di restoran, and came out with this picture:


Hari itu hari Valentine, dan restoran semuanya penuh -- but we managed to get a table dan the dinner was nice. Siapa yang mengira bahwa itu the only birthday dinner yang akan aku alami tahun ini?

Bulan Februari juga jadi bulan terakhirku tinggal di kost. Akhir bulan, aku mulai mencicil membawa barang-barang pulang ke rumah dan mengosongkan kamar.

Transisi kamar kost-ku yang sudah menemani selama empat tahun lebih, sejak Agustus 2015 hingga Februari 2020:
Kondisi normal kamarku sehari-hari selama kuliah

Sudah dikosongkan; sebagian besar barang dibawa pulang

Kondisi kamar di hari terakhirku di sana!

Kuakui, tidak bisa tidak mellow ternyata, meninggalkan tempat tinggalku setelah bertahun-tahun menjadi saksi kebahagiaan, kesedihan, kelelahan, dan segala "perjuangan"-ku :")

Bulan ini kuakhiri dengan menjadi audiens dari gig terakhirku di 2020; di masa 'sebelum pandemi': Java Jazz 2020!
Aku pergi ke sana bersama Inta; tidak direncanakan sebenarnya, namun kami mendadak ingin pergi dan didukung dengan promo tiket buy 1 get 1 dari bank BNI. Kami pergi di hari Jumat karena mau nonton beberapa artis di hari itu; aku: Mondo Gascaro, tapi terutama PREP; Inta: terutama Bruno Major. 


Di hari H, Inta nyaris tidak jadi berangkat karena tidak diizinkan orang tuanya; karena COVID-19 'dikabarkan' sudah masuk ke Indonesia dan we were about to attend a 'kerumunan'. Syukurlah menjelang sore hari ia boleh berangkat -- dan kami berangkat pukul empat sore, naik KRL ke Kemayoran. Sempat bingung juga memikirkan bagaimana kami pulang nanti, karena PREP tampil di show terakhir, pukul 11 malam -- ternyata, di tengah jalan, Inta mendapat kabar bahwa Raissa juga nonton dan ia akan dijemput supir!!!! Sungguh sebuah rezeki buat kami.
Kami tiba di sana sekitar pukul 6 sore, dan menurut jadwal acara, yang sedang tampil saat itu adalah Ardhito Pramono. We got to the stage, nonton sebentar dan ternyata penampilannya hampir selesai. Setelah itu, kami nonton Fariz RM dan Idang Rasjidi (yang venue-nya ada tempat duduknya!), lalu keliling-keliling lihat makanan sebelum nonton Bruno Major. Antrean masuk ke venue Bruno Major padaaaaat sekali, but we managed to get seats yang agak di depan. 


Bruno Major is on stage!

Aku dan Inta lagi nunggu Bruno Major

Setelah itu, kami makan malam (yang super struggling soalnya antreannya panjang beud) dan antri nonton PREP! Again, venue rasanya udah super penuh namun we managed buat nyelip-nyelip dan dapet tempat yang enak~

PREP!

Senang banget bisa nonton mereka live! Lagu-lagunya jadi super asik ketika mereka tampil live -- crowd-nya juga asik banget. I enjoyed the show very much..
Setelah itu, kami bersiap pulang dan meetup dulu dengan Raissa, karena kami mau nebeng mobilnya. Dini hari itu hujan turun deraaaas sekali -- and we were very grateful kami ada tebengan mobil sehingga kami ngga usah pusing naik kendaraan umum :"). Di mobil, kami catch up tentang kabar kami masing-masing. Sudah empat tahun aku nggak ketemu Raissa, dan sangat menyenangkan ngobrol sama mereka~


Februariku berakhir bahagia.

03. March

Maret kuawali dengan jalan-jalan ke Bandung dengan status sudah tidak ngekos lagi. Dengan 'excuse' berupa menjadi asisten workshop bioinformatika yang diadakan oleh KK GBM; bersama Sigit dan Kamal. Workshopnya dua hari, sehingga aku memutuskan untuk sekalian mencoba menginap di Bobobox, hotel kapsul -- di Dago. Aku berangkat dengan travel, lalu turun di depan kampus sambil membawa perlengkapan menginapku. Kami bertiga bertugas meng-assist peserta workshop dalam mengikuti praktikum dengan program bioinformatika, sesuai panduan pengisi materi. 

Sigit assisting a participant

Acara berlangsung hingga sore hari; setelahnya, aku pulang ke kost untuk menjemput adikku dan kami sama-sama berangkat ke hotel.

Menginap di hotel kapsul menjadi pengalaman unik buatku. Kami diberikan pod berkapasitas dua orang, dan pod juga dapat dikontrol oleh aplikasi di smartphone kami. We spent our first hours dengan foto-foto di dalam pod 'futuristik'-nya.


Malam harinya, kami makan malam di Golden Chopstick, lalu belanja jajanan dan air minum di Superindo Dago yang dekat sekali. Sayangnya, tidur di sana, aku tidak merasa diriku refreshed -- tetangga pod-ku menghabiskan sepanjang malam memutar lagu dengan berisik, dan despite aku sudah komplain pada petugas, tidurku tetap saja tidak nyenyak. Pagi harinya, kami sarapan dengan sisa makanan semalam (ada microwave!) dan jajan Mimi Teh. Aku berangkat kembali ke kampus, kembali bekerja untuk hari kedua workshop.

Hari itu, tidak terlalu banyak yang terjadi, rasanya. Sore harinya, aku pulang ke rumah dengan naik kereta dari Stasiun Bandung.

Selanjutnya, hari-hariku di Bekasi dimulai.
For the first days, I spent my days dengan berlibur; hidup santai di rumah -- dalam artian mendadak mendapat waktu senggang yang bertubi-tubi membuatku bahagia sekali. I spent those days cruising anywhere with my mom; melihat-lihat kota Bekasi dan mengunjungi tempat-tempat yang kurindukan, makan makanan yang kuinginkan. Those were the easy days.
Easy Saturday morning..

Bulan ini juga menjadi bulan terakhir kali aku nonton bioskop, hingga detik ini. Aku pergi ke GMM bersama Mama untuk nonton Onwards -- a Disney movie yang kusukai hingga sekarang.


Setelah nonton film, aku melakukan sesuatu yang sangat unexpected: daftar Gym!
Apa yang memotivasi aku, seorang mager, untuk akhirnya daftar gym? Akupun tidak tahu persisnya; sepertinya, fakta bahwa waktu senggang yang kumiliki saat itu rasanya unlimited membuatku ingin mengisinya dengan sesuatu. Aku daftar member dan juga program personal training-nya, and I met my trainer: Kak Diyah.

The following weeks were then filled with routine exercises; aku pergi ke gym tiga-empat kali seminggu, setiap jam 8 pagi.


Sayang sekali, program workout-ku terpaksa terhenti karena pandemi itu. Kabarnya, Jabodetabek termasuk daerah merah, sehingga semua sektor usaha 'nonesensial' harus tutup sementara -- penutupan yang kemudian berlanjut berbulan-bulan lamanya.


"Lockdown"; "PSBB". 

Setelah ketetapan itu diberlakukan, aku tidak lagi banyak jalan-jalan dan pergi ke luar rumah, kecuali untuk grocery shopping yang rasanya sangat, sangat seram -- ketakutan akan virus itu sangat terasa di masyarakat saat itu. Jujur, awalnya agak mengerikan namun melegakan dan menenangkan, melihat semua orang memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak (I especially love the last bit, hehe). Oh ya, saat itu, panic buying sedang terjadi. Sulit sekali rasanya mendapatkan beberapa barang; salah satu yang paling kuingat adalah gula pasir. Selain itu, masker dan hand sanitizer juga habis di mana-mana; membuatku jadi follow akun Twitter racunbelanja untuk info-info dijualnya barang-barang itu.


#dirumahaja

Namun, akhir Maret-ku juga ditutup dengan keseruan membuat video ucapan selamat bagi teman-teman yang lulus di Wisuda April 2020 -- secara online :")


04. April

April was a pretty much uneventful month -- dalam hal udah ngapain aja aku bulan ini.

Bulan ini dibuka dengan Wisnte Online. Angkatan 2015 mengadakan event ini sebagai cara mengapresiasi teman-teman yang berhasil lulus di Wispril, sekaligus 'mengobati' kekecewaan tidak adanya wisuda di Sabuga karena pandemi itu. Seperti biasa, setiap kali merencanakan kegiatan, angkatan kami selalu sudah berwacana sejak lama, namun eksekusi nyatanya baru dilakukan H-sekian. Aku terlibat juga dalam perencanaan kegiatan ini, bersama beberapa teman-teman: Dila, Totto, Sigit, Aul, Mentari, dan Audie. Kami merencanakan hal ini hanya dalam hitungan hari -- dan syukurlah semua berjalan lancar! Sebelumnya, kami juga sudah mengompilasi video-video 'aib' wisudawan, yang sebagian sudah sempat dibuat teman-teman, sebelum lockdown. 


Wisnite Online ini pertama kalinya buat kami! Semua rangkaian acara dan games dibuat online -- untuk games-nya, kami bermain tebak gambar dengan Gartic dan kuis kuliah di Bio ITB di Kahoot. Ternyata bisa seru juga event online ini; mungkin juga karena kami sudah sekian lama tidak berjumpa, dan tiba-tiba harus terpisah tanpa mengucap sampai jumpa dulu. Padahal, banyak dari kami yang menantikan Wisuda April sebagai event di mana kami bisa bertemu lagi..

Di bulan ini, beberapa kali aku bertemu dengan teman-teman secara online: bersama teman-teman seangkatan di Wisnite, dan bersama Prani, Sigit, dan Dila beberapa kali di mana kami ngobrol hingga larut malam. Bulan ini kami juga menjalankan puasa Ramadhan, dan suatu hari, kami buka puasa bersama. Dila tinggal di Malang, jadinya ia berbuka lebih dulu dibandingkan aku, Prani, dan Sigit yang tinggal di Jawa Barat -- salah satu hal unik yang baru kualami tahun ini.

Karena pandemi itu, kami sekeluarga benar-benar stay at home -- tidak keluar rumah kecuali untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Namun, di pertengahan bulan, kami terpaksa harus pergi ke Bandung untuk mengambil barang-barang dari kamar kost adikku yang sudah ditinggal tiba-tiba selama sebulan lebih. 


Itulah akhir perjumpaanku dengan Munding Laya no. 4!

#dirumahaja membuat banyak tren muncul: salah satunya tren kuliner berupa Dalgona coffee. Adikku semangat sekali mencoba mengikuti tren ini -- butuh beberapa kali percobaan sampai kami mendapatkan kopi cantik seperti ini:

Rasanya sebenarnya biasa-biasa saja sih, namun mengingat 'perjuangan' kami membuat kopi ini, rasanya puas sekali meminumnya. 

Selain itu, aku dan Mama juga mencoba memasak resep Swedish Meatball dari IKEA. Ternyata rasanya enak juga; tidak berbeda jauh dari yang di toko!

05. May

Bulan ini bermula dengan upaya-upayaku bangkit kembali dan mendaftar kerja. 

Setelah beberapa bulan mempertimbangkannya, akhirnya aku berani untuk melamar pekerjaan sebagai analis lab COVID-19 -- bidang pekerjaan yang sedang tinggi permintaannya, bahkan hingga hari ini. Aku apply ke beberapa tempat; mulai dari organisasi milik pemerintah hingga perusahaan swasta. Namun, hingga saat itu, belum ada yang cocok buatku: selalu ada beberapa hal yang membuatku tidak meneruskan lamaranku; atau aku gagal melanjutkan ke tahap berikutnya. Aku mengisi hari-hari di bulan puasaku dengan menikmati berada di rumah -- meskipun aku tidak terlepas dari kegundahan menentukan arah hidupku. Hingga akhirnya tiba hari di mana Kiem, yang sudah sering kucurhati mengenai kegagalan beasiswa, ketidakjelasan hidup, dan keinginanku bekerja untuk 'mendistraksi diri dari kesedihan dan depresi', menawarkan pekerjaan itu padaku. Pekerjaannya menjadi analis lab untuk COVID-19, namun penempatan kerjanya adalah di sudut Indonesia yang belum pernah kupijak sebelumnya: di pulau S. Aku langsung mengiyakan tawarannya, berpikir bahwa ini bukan saatku untuk menolak opportunity yang hadir di hidupku -- dan proses penerimaannya berjalan cepat sekali. Aku diwawancara, kemudian esok harinya langsung mendapatkan surat penawaran kerja.

Hari Lebaran tiba, dan seperti hal-hal lainnya di tahun ini, rasanya sangat, sangat berbeda. 

Seperti biasa -- foto keluarga di depan rumah, untuk template ucapan selamat hehehe

Tidak ada sholat Idul Fitri di pagi hari, tidak ada perjalanan 'mudik' dan bertamu ke saudara-saudara Papa dan Mama, tidak ada jalan-jalan sore di IKEA seperti tahun-tahun sebelumnya. Hari itu, kami berziarah ke makam om-ku di Karawang, lalu jajan sebentar di Meikarta dan makan siang di dalam mobil, lalu lanjut berziarah ke makam kakekku di Kalibata.



Selepas Lebaran, aku diminta untuk medical check up di kantor, lalu training selama tiga (atau lima?) hari di sana. Aku bertemu kembali dengan Kiem dan Tommy, setelah sekian lama! Aku juga berkenalan dengan dua rekan kerjaku: mas Azwar dan Fuji. Perkenalanku dengan mas Azwar, khususnya, menjadi tak terlupakan, karena kami langsung diminta uji coba swab satu sama lain. Baru kenal langsung mencolok hidung orang lain :")

Hari pertamaku training, aku nge-lab lagi bersama Tommy -- Tommy menjadi salah satu trainer-ku! Tapi hari itu adalah hari terakhir Kiem berada di kantor, karena ia harus mendahului aku berangkat ke site kerja. Kami bertiga mengakhiri hari itu dengan jajan di Street Boba di depan kantor..


06. June

Bulan ini kuawali dengan perjalanan ke S. Kami berangkat bersembilan: tiga orang analis lab dan enam orang paramedis. Perjalanan kami tempuh dengan pesawat ke Bali, lalu dilanjutkan menyeberang ke L dengan ferry. 

Perjalanan ini menjadi unik buatku, karena pertama kalinya aku pergi ke bandara dalam situasi pandemi. Diperlukan banyak sekali surat keterangan agar kami bisa berangkat: terutama, surat tugas yang menyatakan kami adalah tenaga medis dan surat keterangan hasil tes swab. 

Kami tiba di bandara empat jam sebelum keberangkatan, untuk mengantisipasi banyaknya hal-hal administrasi yang harus kami urus. Ternyata, dalam waktu singkat, kami sudah sampai di counter check in dan tinggal menunggu penerbangan. Bandara sepi sekali; restoran-restoran tutup, menyisakan Solaria sebagai satu-satunya opsi makan siang kami. Di pesawat, penempatan penumpang dilakukan dengan menerapkan physical distancing; diberikan jeda satu kursi kosong di sebelah setiap penumpang (a perk that I love, actually -- you know, having a proper personal space matters to me hehehhe).

Malam harinya, kami tiba di Bali. Bandara Ngurah Rai dalam kondisi gelap dan sepi; a rare sight yang tidak mungkin terjadi sebelumnya. 

Kami dijemput oleh driver, yang kemudian merekomendasikan kami untuk mampir makan malam di salah satu warung soto daging yang menurut beliau paling autentik di Bali. Sotonya enak..


Kami menyeberang ke L dari pelabuhan Padangbai ke Lembar. Penyeberangannya berangkat mendekati tengah malam, dan memakan waktu sekitar lima jam. Kami tidur di atas ferry; pengalaman yang menarik buatku karena kami tidur sambil diombang-ambingkan gelombang laut. 

Tengah malam di Pelabuhan Padangbai

Kami tiba di L pukul lima pagi; selepas subuh, dan langsung menuju ke hotel karantina kami di dekat bandara. Kami check in dan masuk ke kamar sekitar pukul enam pagi; dan aku langsung mandi, beres-beres sedikit, dan tepar tidur sampai siang setelah berjam-jam perjalanan.

Tempatku menghabiskan 14 hari di bulan Juni

Selama 14 hari berikutnya, hari-hariku kuhabiskan di kamar 201; 24 jam dari bangun tidur hingga tidur kembali. Makanan diantar ke kamar, begitu juga dengan laundry dan pembersihan kamar rutin tiga hari sekali. Pikiranku waktu itu: keren sekali rasanya, belum mulai bekerja tapi sudah diberi liburan :).

Hari-hari kulalui dengan membangun sebuah rutinitas -- aku bangun pagi, lalu (supaya memberikan feeling of accomplishment?) aku workout pagi dengan video dari Chloe Tings (aku ikut program 2-weeks-shred-nya!), lalu mandi dan sarapan. Setelah sarapan, aku memulai 'produktif bekerja' dengan mempersiapkan S2: baik dengan belajar GRE, menulis surat motivasi, atau dengan menyiapkan persyaratan lainnya. Lalu makan siang datang; setelahnya aku tidur siang dan sore harinya kembali produktif bekerja. Makan malam, lalu setelah itu aku mengalokasikan waktu bebas buatku: untuk nonton film ataupun untuk main Fortnite bareng adikku -- sampai aku mengantuk dan tidur. 

Selama itu, aku rasanya punya waktu yang tidak terbatas; aku menjadi sempat melakukan hal-hal yang kurasa tidak akan pernah kusempatkan di rumah. Setiap hari aku mengobrol lewat video call dengan keluargaku di rumah, lalu juga dengan beberapa teman dan aku juga menonton seminar (online) Rizal.


Kemudian, tidak terasa 14 hari kulalui dengan rutinitas itu -- akhirnya tiba waktu kami untuk berangkat ke site.

Rombongan kami yang ikut ke site hanya tiga orang: aku, mas Azwar, dan Fuji. Karena hari itu hanya kami yang check out dari hotel kami, kami bertiga diantar ke hotel lain untuk naik bus dari sana. Kami menunggu orang-orang lain, kemudian bus berangkat ke pelabuhan Kayangan pukul 9 pagi. Pukul 11, kami tiba di pelabuhan, dan tak lama kemudian kami naik kapal ke S. 

Tiba di pulau ini untuk pertama kalinya, impresi pertamaku adalah: 'tempat ini gersang sekali!'. Tidak heran sih, kami tiba di tengah kemarau. Kami dijemput oleh driver dan pergi ke ITU, tempat kerjaku, di mana kami berjumpa kembali dengan Kiem.

Aku di depan ITU, hari pertama menjejakkan kaki di pulau ini

Kami tinggal di Barak K; bangunan yang nampaknya seperti converted-kontainer yang dijadikan tempat tinggal permanen. Barak kami dikelilingi padang rumput, tempat di mana sapi-sapi seringkali makan malam. Lokasinya dekat sekali dengan lab; hanya 10 menit berjalan kaki.



Hari-hariku sejak bulan Juni kuhabiskan di tempat ini; bolak-balik Barak K dan lab di ITU setiap hari kecuali hari Senin -- hari liburku. Setiap hari lab kami beroperasi, liburan diambil bergiliran setiap orangnya. Formasi awal: Kiem libur setiap hari Minggu, aku hari Senin, Fuji hari Selasa, dan Mas Azwar hari Rabu. 
 

Hari pertama bekerja!

Karena kami 'perintis' di lab ini, it took a while for us to figure out a pattern and a routine in our work. Kami bertiga (dan berempat bersama Kiem) seringkali pulang sore dan malam di hari-hari awal bekerja, karena pola kerja yang belum terbentuk dan belum efisien dan adanya masalah-masalah kecil yang menghampiri.

Di hari-hari awal ini, selain bekerja, kami juga sering berjalan-jalan menjelajahi area sekitar lab kami. Lab kami dekat sekali dengan pantai. Suatu sore, Kiem berkata bahwa ia sudah pernah berjalan kaki hingga ke pantai, sehingga kami menjadi yakin bahwa menjelajah ke sana adalah suatu kebolehan.

Hari-hari itu, rasanya hampir setiap sore kami memandangi senja di pantai. It was magnificent, each time.


Suatu hari, kami mencoba menjelajah ke bagian lain, dan menemukan bukit yang menjorok ke pantai -- a new place unlocked to see the sunset. And the sunset was spectacular.


Di sanalah aku menghabiskan sore hari di tanggal 30 Juni; hari ulang tahunku. Buatku, menghabiskan sore dengan memandang matahari tenggelam adalah salah satu hadiah dan berkah terbaik buatku untuk memulai hidupku di usia 23 tahun.


Hari itu, aku menyadari bahwa t ernyata, pelan-pelan harapanku terkabulkan satu persatu. Aku menginginkan lebih banyak memandang alam, dan sekarang hanya alamlah yang setiap hari kupandangi. Aku menginginkan lebih sering lagi memandangi senja di tepi pantai; tahun ini, impian itu hanya berjarak 15 menit berjalan kaki. It was then that I realized that I had stopped being sad, and truly felt blessed.

07. July

July started with an adventure. We ventured further dan menjelajahi bagian-bagian lain dari pulau ini. Suatu sore, aku, Kiem, Fuji, dan dr. Edward dari ITU memutuskan untuk mendaki bukit di belakang power plant. Kami ke sana dengan mobil, pukul 5 sore. Mungkin kami terlalu sore untuk mendaki dan mengejar matahari tenggelam, namun sepertinya karena itu jugalah kami boleh masuk dan berjalan kaki di 'jalur pendakian' -- jam kerja sudah usai. Kami berjalan kaki kira-kira 30-45 menit sebelum tiba di atas, dan pemandangan yang kami jumpai menjadi imbalan yang setimpal.

Pulau ini indah sekali..

Naik sedikit lagi, kami menjumpai pendopo yang sepertinya memang diperuntukkan sebagai tempat istirahat dan menikmati pemandangan. Dari sini, kami bisa memandangi seluruh Benete di bawah sinar bulan..


Karena hari sudah semakin gelap, kami harus turun dan pulang. Sayang sekali, kami belum berhasil mencapai puncak bukit yang paling tinggi -- kami berjanji untuk pergi ke sana lagi di masa depan; namun sayangnya, itu menjadi kali terakhir kami berkunjung ke sana. Setelah hari itu, kami tidak pernah diperbolehkan lagi jalan-jalan di sana.

July was also filled with friendships -- old and new.
Aku, Dila, Sigit, dan Prani berkesempatan buat video call-an lagi berempat, after so long. Rindu sekali aku menghabiskan waktu bersama mereka. This month we were 'supposed to' go on our trip ke Malang dan Bromo -- sayang sekali kami berada di tempat yang sama sekali berbeda. Bagaimanapun, ngobrol dengan mereka menjadi pelepas rindu dan moodbooster yang manjur buatku yang mulai merasa jenuh berada di sini.

Di bulan ini, aku berkesempatan untuk mengenal teman-teman baru: mbak Bella, mas Oki, dan mas Irfan. Karena permintaan klien untuk memproses lebih banyak sampel dalam sehari, mereka diperbantukan di lab kami. Tim kecil kami sekarang punya enam orang -- kedatangan mereka benar-benar membantu kami. Adanya mereka juga membawa penyegaran buat kami; kesempatan mengenal dan mengobrol dengan orang lain sangat kami hargai.

Bersama mereka kami menghabiskan waktu di lab -- juga di pantai menikmati senja. 
Saat kami mengajak mereka ke pantai, air laut sedang surut. Bibir pantai terekspos dan kami mendapat kesempatan untuk 'berjalan kaki semakin ke tengah laut' dan mengamati biota yang ada di sana. Kami menjumpai banyak ganggang, lamun, terumbu karang (dan serpihannya), bintang laut, kuda laut, kepiting, dan bahkan udang serta lobster kecil di sana. 


It was magnificent: the richness that the sea holds.

Sore lainnya, kami mengajak mereka untuk melihat sunset di bukit power plant. Malangnya, kami tidak diizinkan untuk masuk -- jadinya kami mencari tempat lain dan memutuskan untuk pergi ke bukit dekat pantai saja. We spent that afternoon gazing into the horizon and taking pretty pictures.

L-R: Mas Oki, Mbak Bella, Mas Azwar, Fuji, Mas Irfan, Kiem

Sekali lagi, aku merasa bersyukur bahwa nasib sudah membawaku ke sini. Aku berkenalan dengan teman-teman baru yang baik, memandang pemandangan alam yang menakjubkan setiap hari -- bahkan pemandangan dari dalam lab saja seperti lukisan:


Another blessing this month: kami tidak lagi 'terjebak' kebosanan memakan packed meals setiap hari dengan datangnya panci pemanas yang aku dan Kiem beli! Alhamdulillah, bisa bikin mie once in a while..

Oh iya, ada kejadian lucu bulan ini:
Suatu sore, aku-Kiem-Azwar-Fuji selesai bekerja lebih cepat dan kami ngide untuk main ke bukit power plant. Karena tidak diizinkan, kami memutuskan untuk ke pantai saja; karena aku berkata 'ingin main pasir...'. Karena kami naik mobil, kami hendak parkir dekat pantai, Kiem melajukan mobil sampai ke daerah yang berpasir. Fuji tiba-tiba berkata 'eh awas mater, mater nanti kalo di pasir' dan karena kami tidak ada yang mengerti arti kata 'mater', kami mengabaikannya. Tiba-tiba, ban mobil selip dan Fuji berkata 'nah kan mater!' Ternyata mater artinya selip..




Kami berempat mencoba meloloskan mobil dari situasi itu -- kami bahkan tidak yakin apakah mobil bisa dibawa hingga ke tempat itu. Tidak ada upaya yang berhasil; hingga akhirnya, tiba-tiba datanglah satpam dengan mobil 4x4 dan kebetulan membawa tali. Mobil kami berhasil ditarik oleh mobil pak Satpam, dan kami bisa bernapas lega sekaligus waswas, khawatir kami akan dilaporkan. Alhamdulillah kejadian itu berlalu; namun hari ini kami tidak lagi boleh berjalan-jalan ke pantai lagi :") Kami agak curiga bahwa kejadian hari itu berkontribusi terhadap hal ini..

Keunikan lain dari bulan ini adalah: aku merayakan Idul Adha pertama kalinya tanpa keluargaku.

Syukurnya, hari itu kami juga diperbolehkan untuk libur ngelab, sehingga kami menghabiskan hari itu dengan jalan-jalan ke townsite berempat.

08. August

Bulan Agustus dimulai dengan hari liburku: hari Senin. Aku libur setiap hari Senin, dan menghabiskan hari dengan "produktif" mengusahakan pendaftaran S2-ku: baik itu dengan belajar GRE atau menyelesaikan komponen-komponen application-ku seperti surat motivasi. 


Selain itu, di bulan ini kami meng-unlock makanan baru di sini: nasi bungkus dari warung Pak Zaenal!

Setelah bosan hanya makan mie dan packed meal setiap hari, kami diberitahu mas Irfan bahwa ada makanan alternatif yang dijual di Katala di townsite: makanan-makanan ini berasal dari warung yang berada di sekitar gerbang perusahaan, yang normalnya menjadi tempat jajan karyawan apabila sedang tidak lockdown. 


Nasi bungkus ini lauknya biasa saja: tempe mendoan, telur ceplok, dan sambal serta lalapan. Yang membuatnya istimewa adalah karena kami tidak pernah mendapatkan makanan 'kaya micin' seperti ini di pack meal ataupun mie instan, hehehe.. Sampai sekarang, kalau aku malas makan, nasi Pak Zaenal selalu menarik untukku.

Nature highlight dari bulan ini: I saw double rainbows before my very eyes for the first time in my life.


Mungkin ini pertama kalinya juga aku melihat pelangi yang lengkap bentuk parabolanya dari ujung ke ujung; I'm not sure. 23 tahun hidupku di kota, jarang sekali aku melihat pelangi -- apalagi yang bentuknya begini, tanpa terhalang oleh bangunan dan beton lainnya. Baru kali ini aku melihat Pelangi lengkap oleh sang Pelukis Agung -- dan ada dua, lagi. Ada pelangi kedua yang lebih samar di bagian luar pelangi yang paling jelas tampak di foto. 

Tuhan, dunia ini indah sekali.

Di tanggal 18 Agustus, mobil kami 'ditarik' oleh perusahaan karena masa sewanya sudah habis. Sejak saat itu, kami berbagi mobil dengan staf ITU sehingga tidak bisa sebebas sebelumnya berjalan-jalan ke Townsite. 

But that's alright, karena kami kedatangan teman-teman baru! Teman-teman baru hadir dalam sosok kak Enden, kak Nunu, dan kak Oka, yang akan menemani kami berempat menjadi analis lab. Akhirnya, lab kami menjadi lebih ramai (sekarang bertujuh!) dan pekerjaan kami sehari-hari menjadi lebih efektif dan efisien. Aku pun mendapat teman sekamar, yaitu kak Nunu. 

We soon got to know each other and bond -- bonding ini juga dibantu berbagai hal seperti contohnya: permainan kartu! Kiem tahu banyak permainan kartu, salah satunya adalah Kabul dan 24. We sure bonded a lot through playing together..



Kami bertujuh juga kadang masih berjalan kaki ke pantai, menikmati senja bersama. Namun, sejak saat itu, kami tidak lagi boleh keluar dari pagar. All we could do was to enjoy the sunset dari balik pagar..



09. September

Adanya banyak teman baru benar-benar membawa angin segar bagi tim kami. Kami bertujuh semakin kreatif dengan bagaimana kami menghabiskan waktu bersama -- bermain, masak-masak, dan makan bersama. Suatu hari, kak Enden dan teman-teman berhasil menjalin karet dari packed meals membentuk tali karet.


We took turns melompat, dan aku awalnya tidak bisa melompat sekalipun. Aku terus berlatih, dan hari ini (Desember 2020) berhasil melompat sebanyak 300 kali sehari :"D. Definitely an improvement in my skill. Kiem dan kak Enden berhasil menciptakan seri lompat tali: 10 kali lompat biasa, 10 kali lompat dengan kaki kanan, lalu kaki kiri, lalu diakhiri dengan lompat silang. 

Selebihnya, demikianlah hari-hari kami berlalu sedikit demi sedikit dengan rutinitas nge-lab, jalan-jalan naik mobil ke kota,



beres-beres kontainer,


dan foto-foto iseng.

Hiburan kami dapatkan dari tempat-tempat yang berbeda -- kali ini, dari game Among Us; yang tiba-tiba booming banget. Aku main game ini bersama teman-teman Biologi 2015 -- bahkan ada grup Discord-nya, yang dipelopori (seperti biasa) Bundo dan kawan-kawan. 
Senang sekali bisa main bareng dan 'ketemuan virtual' bersama teman-teman seangkatan lagi, setelah kami 'gagal reuni' di perayaan wisuda-wisuda di tahun ini.


Kami pulang kerja di malam hari, namun bila waktu berpihak pada kami, di sore hari. It's very nice to walk home together with friends, ditemani cahaya senja.

Malam harinya, kadang-kadang kami makan malam bersama di salah satu kamar kami -- biasanya, di kamar Fuji di nomor 79. Rasanya kami lebih semangat makan kalau sambil mengobrolkan apapun bersama-sama; ditemani es jeruk buatan Fuji atau susu Dancow hangat.

Hari-hari kami juga diwarnai beberapa kejadian unik; misalnya, ada Rosalinda yang bertamu di depan kamar 79,

senja-senja yang cantik,


photoshoot dadakan,

dan upayaku mengasah otak yang sudah lama dibiarkan tumpul ini.



10. October

Akhir bulan lalu, kami kedatangan anggota baru: Mas Rusdi. Mulai bulan ini, Kiem digantikan sementara oleh Mas Rusdi karena ia sedang cuti. Mas Rusdi lebih tua dari kami semua -- namun itu tidak menghalangi kami berteman baik dengannya. We took trips ke kota, dan suatu sore, aku, Emil, kak Enden, dan Mas Rusdi menyempatkan diri mencicipi bakso yang baru buka.

Kami duduk di lapangan rumput; seperti piknik "estetik" saja kelihatannya.



Tanggal 16 Oktober, akhirnya aku pulang ke rumah!
Kepulanganku adalah selama tiga minggu -- meaning I got until early November.

Aku berangkat dari pelabuhan pukul 9.30 pagi, diantarkan oleh Mas Rusdi dan ditemani Kak Oka. Sampai di L pukul 11 siang, aku langsung ke bandara dengan mobil jemputan. Aku tiba di bandara pukul 1; pesawat pukul setengah empat -- aku menghabiskan waktu dengan makan di restoran (untuk pertama kalinya sejak bulan Juni!) dan mencari oleh-oleh di toko suvenir.

Pesawatku mendarat di Soekarno-Hatta pukul lima kurang (zona waktu berubah: jadi WIB!), dan aku dijemput Mama, Papa, dan Adek. Senang sekali rasanya bertemu mereka lagi :") (akhirnya aku merasakan menjadi perantau yang berbulan-bulan tidak pulang). Mereka membawakan aku teh manis hangat, risoles buatan Mama, dan tiramisu yang adikku beli dari temannya. Perjalanan pulang macet sekali; kami sekalian mampir ke Burgushi di Tebet untuk beli makan malam.

To me, that was one of the best days of this year.

After all, there's no place like home.
Sudah sampai di rumah, sudah mandi dan pakai piyama, siap tidur di kasurku di kamarku sendiri!

Hari-hari berikutnya aku habiskan dengan bersantai di rumah, di kamarku sendiri, makan masakan Mama dan main game sama Adek. Mengurangi frekuensi keluar rumah, jika ingin jajan, kami lebih sering order lewat ojek online; atau jajan sekalian dengan agenda grocery shopping rutin kami.

Ke GGP pakai masker (dan kayaknya ketemu seorang adik tingkat kuliah tapi aku ga yakin juga sih)

Suatu hari, kami sudah cukup cranky berada di rumah dan memutuskan buat jalan-jalan ke Taman Safari. Kami pergi saat weekday; berharap tempatnya lebih sepi. Kami ke sana untuk safari dari dalam mobil, dilanjutkan makan siang di Istana Panda, lalu lihat-lihat panda, lalu mampir di beberapa ekshibisi di sana.
Makan siang di Istana Panda. Sudah lama sekali nggak makan memandang gunung begini..

Nonton lumba-lumba. Lumba-lumba-nya nendang bola dan Mama menangkapnya!


Hari-hariku di rumah kulalui dengan apresiasi lebih: mungkin memang benar bahwa apa-apa yang 'terbatas' rasanya menjadi lebih berharga.

 
Selama cuti, aku bertekad mencentang semua yang ada dalam bucket list makanan yang sudah kususun sejak lama -- dan aku berhasil mencentang 10 dari 14 makanan :"D


Selain daftar makanan, aku juga punya 'bucket list' kegiatan dan orang-orang yang ingin kutemui, dan salah satunya adalah: main bareng teman-teman kuliah di Bandung!

Aku dan keluarga pergi ke Bandung selama lima hari pada minggu keduaku berada di rumah, dan aku langsung mengabari Prani untuk mengecek apakah ia ada waktu kosong. Prani menjawab iya, lalu kami setuju untuk pergi ke Tahura di hari Sabtu, 31 Oktober. Kami juga mengajak teman-teman lain: Kennard, Fattre, dan Tommy! Aku excited sekali; sudah rindu bertemu dengan wajah-wajah familiar.

Kami ngumpul pukul setengah 8 pagi di gerbang depan kampus! Aku diantar oleh Mama lalu di-drop, melanjutkan perjalanan dengan membonceng di motor Prani dengan helm pinjaman dari Fattre; Tommy dibonceng Ken. Nostalgik sekali rasanya, naik motor dan diterpa angin dingin jalan Dago bersama teman-teman. 

We got there at 8.30, dan ternyata Tahura-nya ramai. Yang membedakan dari kunjunganku sebelumnya adalah kali ini, pembelian tiket hanya bisa dengan metode nontunai alias bayar pakai Go-pay atau Ovo -- both tiket masuk dan biaya parkirnya. Antrean masuk dibatasi hanya untuk orang-orang yang menjadi 'perwakilan' pembayaran, jadinya aku antre dan teman-teman menemani di luar jalur antrean. 

Masuk Tahura sekitar pukul 9, lalu mulai berjalan kaki. Sudah berhari-hari hanya di rumah dan hanya sedikit sekali berolahraga, aku gempor juga jalan kaki :") Kami jalan tanpa target, sebenarnya -- hanya jalan saja dan kalau sudah capek (atau sudah mulai hujan), kami oke-oke saja putar balik dan pulang. Sambil jalan, kami ngobrol banyaak sekali: mulai dari kabar teman-teman, kabar diri sendiri, info lowongan kerja, sampai ngobrolin gadget dan spek-speknya (tentu saja jadi rame berkat Kennard!). Lalu kami mampir di penangkaran rusa untuk tarik napas sejenak; tidak kebagian tempat duduk karena ramainya pengunjung. Akhirnya, kami berhasil juga sampai di air terjun, 5 km dari titik start kami -- dengan keadaan sudah lelah, haus, dan lapar. 

Kami foto di depan air terjun -- air terjunnya malah ga keliatan haha

Kami awalnya hanya ingin makan perbekalan sendiri, namun akhirnya sih jajan juga di warung. Pesan es jeruk dan es kelapa, kami duduk dan 'piknik cantik' sejenak. Tommy bawa Chiki Balls yang party-size, dan kami nyemil itu karena gede banget bungkusannya hahaha..

Menunggu minuman datang

Selepas itu, kami berjalan pulang kembali ke parkiran -- dengan hati yang agak waswas takut keburu hujan. Kami tiba di parkiran sekitar pukul setengah 1. Karena sudah sampai di waktu zuhur, kami memutuskan untuk sholat dulu di Masjid Salman -- tempat yang ada di bucket list-ku karena katanya sudah direnovasi dan jadi bagus toilet ceweknya. Perjalanan ke Salman macet sekali; karena hari itu weekend, mungkin. 

Ternyata toiletnya memang benaran jadi seperti toilet di mall, applause!

Kami melanjutkan perjalanan dengan makan siang. Topik mau makan siang di mana menjadi topik utama perbincangan kami di perjalanan kembali ke parkiran ketika di Tahura -- akhirnya kami memutuskan buat makan se'i sapi. Awalnya kami ingin ke Se'i Sapi Lamalera, namun ketika tiba di sana, tempatnya penuuuuh sekali. Kami beralih ke opsi alternatif, yaitu Nyapii di Braga -- kata Ken, ini restoran milik food vlogger yang terkenal. 

Kami berangkat ke Braga Citywalk, lalu macet (lagi) -- namun, kami berhasil mendapat parkir di dalam mall dan akhirnya makan siang.
Makanan kami -- aku beli yang saus mentai, Prani beli yang saus sambal tempong

Enak makanannya -- rasa se'i sapi-nya oke, ditambah saus mentai yang memang dasarnya aku suka jadi tambah asyik. Selesai makan, kami masih ingin jajan, jadinya jalan-jalan di sepanjang jalan Braga. Tadinya ingin beli Kopi Toko Djawa, tapi, lagi-lagi tokonya penuuh sekali. Jadinya kami kembali lagi ke mall, lalu Tommy mengajak beli Chatime buy 1 get 1 dan kami jadi beli makaroni bumbu juga di dekat sana. 

(Menulis tentang ini membuat aku rindu, rindu teman-teman, perjalanan itu, dan rindu makanannya :D)

Perjalanan selesai setelah itu -- pas sekali, karena hari sudah mau hujan dan teman-teman masih harus pulang ke rumah masing-masing. Aku sendiri pergi ke Seni Abadi untuk mengambil hasil cuci scan film disposable camera yang kubawa merantau, lalu menunggu di sana. Benar saja, setelah aku dijemput, hujan turun deras sekali. Sore itu, Mama mengajakku untuk beli dan bungkus Ayam Bakar Semar -- so delicious...

That trip ended my October wonderfully.


11. November

Novemberku dimulai di kota Bandung, dihabiskan dengan makan siang bersama dengan keluarga besar di hari Minggu. 

Makan-makan ini diinisiasi Papa karena ia sudah rindu bertemu dengan saudara-saudaranya di Bandung. Supaya 'praktis', Mama memutuskan untuk beli makanan di Sinar Paris -- the most delish Padang resto di Kopo area. Setelah berbulan-bulan nggak makan makanan 'seenak' ini, pengen buas aja rasanya makan ini semua: 

the delicious

Keesokkan harinya, kami pulang kembali ke Bekasi, dan sisa hariku di rumah dihabiskan dengan jalan-jalan dan makan-makan ; menceklis bucket list makananku..

Bersama seorang kawan, aku pergi ke Grand Indonesia untuk lihat-lihat pretty things dan ke toko buku!!! dan juga
it's been way too long sejak terakhir kali ke toko buku!!! took home some books too

tentu saja makan-makan!! aku makan Halal Guys dan Wingstop di sini~
Halal Guys hweh enak

Keesokkan harinya, Inta datang ke rumah menyampaikan hadiah ultah buatku! Isinya adalah spread roti enak yang kemudian aku bawa ke S dan OMG aku benar-benar bersyukur dikasih kado itu soalnya enak banget~
aku dan Inta selfie depan pagar rumahqu

Seharusnya, aku kembali ke tempat kerja tanggal 6 November; namun karena satu dan lain hal, keberangkatanku ditunda hingga tanggal 8. Senang sekali rasanya mendapatkan dua hari ekstra di rumah :") aku terharu.

Tanggal 6 November-nya, aku dan keluarga jalan-jalan ke IKEA Alam Sutra; the main purpose was to makan masakan restorannya yang enak ini:
IKEA's fish n chips dan Swedish meatballs..

Malam terakhirku di rumah, kami memutuskan buat jajan lagi: kali ini, jajan McD :")
Mekdi terakhir dalam beberapa bulan

Tanggal 8, aku berangkat ke bandara Soekarno-Hatta untuk mengejar penerbangan siang hari. 
Aku tidak sendirian; ada juga beberapa rekan yang berangkat dari Jakarta ke tempat karantina kami secara bersamaan: dr. Reza, mas Widodo, dan dr. Ari (aku baru mengenal mereka semua hari itu..). Kami mendarat di bandara L, lalu dijemput oleh supir. Sebelum masuk hotel, kami mampir dulu di Indomaret untuk membeli perbekalan selama 14 hari ke depan -- juga jajan ayam geprek di depan hotel karena kami belum makan siang.
L airport

Dan lagi, hari-hariku kuhabiskan di hotel.

Hotel kali ini berbeda dari hotel yang kutempati di bulan Juni -- letaknya lebih di pusat kota, serta kamarnya lebih besar dan lebih banyak. Koneksi Wi-Fi-nya yang bagus sangat membantuku -- aku bisa tetap produktif: produktif dalam arti bekerja, dan produktif dalam bermain :)

Selama karantina, aku mengenal game baru: Genshin Impact!
Grafiknya yang sangat bagus dan ceritanya yang seru membuatku sangat antusias dalam bermain; hingga hari ini..

Selain nge-game, aku juga menghabiskan waktu untuk melengkapi persyaratan S2-ku -- yang akhirnya bisa ku-submit selama di hotel :)
Bismillah...

22 November, aku kembali ke site. Perjalananku kali ini sepi; pertama kali ke site, aku punya Fuji dan Mas Azwar sebagai teman perjalanan. Nevertheless, akhirnya aku kembali ke site; aku tiba di pelabuhan di siang hari dan dijemput oleh Kiem, Emil, dan Irsa -- roommate baru-ku! Aku tinggal di kamar 74 di barak K -- kamarku tidak berganti, alhamdulillah..

Hari-hari di sini kembali kulalui seperti sebelumnya: kembali bangun pagi, nge-lab, dan jalan-jalan ke kota. Kali ini, ada makanan baru di sana: martabak!
Martabak keju-cokelat dan kacang-cokelat..

Sayang sekali, ternyata itu pertama dan terakhir kalinya kami beli martabak di sana -- tukang martabak-nya hanya jualan beberapa hari saja..

Lama berada di kota, aku ternyata rindu juga dengan alam. Alam sedang mekar saat itu. Musim hujan membawa banyak tumbuhan menghijau dan bermekaran dan menyegarkan pemandangan yang, waktu aku pergi, asalnya sangat gersang. Beberapa hari aku di sana, kami disuguhi kembali pelangi..


12. December

December started off cold and wet; the way rainy seasons used to look like when I was younger. 

Cuaca di sini memang dramatis, lebih dramatis dari yang biasa kualami di kota-kota biasanya -- di mana langit telah berubah jadi kelabu dan mendung dan cerah tak bisa dibedakan dengan jelas.


Di sini, musim hujan mengubah perbukitan S menjadi bukit-bukit di Skotlandia, dekat kastil Balmoral, tempat the Queen dan keluarganya berburu rusa, di mana awan dan kabut menyelimuti dan mengurangi jarak pandang; di mana tanah dan rumput selalu basah oleh air hujan maupun embun pagi. Sepatu Crocs yang kami beli bulan Oktober lalu menjadi sangat bermanfaat.

Beberapa hari memasuki bulan ini, kak Oka tiba-tiba diminta pulang sehingga kami mengadakan masak-masak dadakan untuk farewell sekaligus menyambut kedatangan Kak Nunu juga:
Kami masak-masak kari jepang (yang bumbunya dibeli oleh Kak Oka) dan garlic bread -- berasal dari roti yang dioleskan mentega dan bawang putih cincang, lalu dibakar. Keesokkan harinya, aku libur dan ikut mengantarnya ke pelabuhan, bersama Kiem..


Highlight lain yang belum kusampaikan di tahun ini adalah: kucing-kucing Barak K!
Seperti halnya tempat lain yang menjadi tempat tinggal manusia, barak kami pun ramai oleh kucing. Ada beberapa kucing yang sering lewat dan singgah: Jessica, Jessiko, Ocin, dan Ndusel -- yang terakhir ini sudah menjadi penghuni tetap di barak kami, dan kini sudah melahirkan empat anak kucing lucu dan berlainan warna semuanya! Anak-anak Ndusel: warna hitam (namanya Figaro/Ferguso), warna putih (namanya Mail, kalau ga salah), warna abu-abu dan paling gendud, dan si tiga-warna seperti Ndusel.
Anak-anak sedang tidur siang di bawah AC

Suatu malam, ada anak kucing baru yang datang ke barak kami. Warnanya keemasan, dan ia sangat cantik! Kami mengajak ia masuk dan Fuji dengan sukarela membiarkan ia tidur di kamarnya. Karena warna bulunya, kami namai dia Goldy.

Goldy si lucu dan anteng

Tapi, sedih sekali, Goldy menghilang keesokkan harinya. Fuji membuka pintu dan ia keluar di pagi hari, lalu ia tidak muncul kembali hingga sekarang :(

us in December

Suatu sore, aku, kak Enden, dan Fuji memutuskan buat jalan-jalan sore di pantai. Ternyata, bahkan kami tidak lagi boleh berjalan-jalan ke luar area kerja kami. Jadilah, kami putar balik dan hanya jalan kaki mengelilingi lab. Namun, S being S, di manapun tetap ada pemandangan spektakuler dari alamnya:

Langit senja bersama burung cangak (atau burung kuntul?); siluetnya dramatis

Sedih juga, area 'main' kami semakin sedikit -- bahkan tidak lagi bisa memandang senja tenggelam di laut dari balik pagar.

On the other hand, aku mendapat teman main Genshin yang baru: Kiem dan Fahmi!
Fahmi sudah main dari bulan Oktober, jadi dia sudah jauh lebih jago dan lebih paham tentang game-nya daripada aku. In fact, dia yang ngajarin aku dan Kiem tentang game ini. Kiem jadi ikut main juga, hahaha..

Mabar

Kiem dan Emil merayakan Natal -- tapi kami tetap masuk kerja seperti biasa :") 
Oleh karena itu, supaya spesial, kami merencanakan 'Christmas Dinner' dengan menu cream soup dan roti. Awalnya kami juga ingin bikin garlic bread, tapi bawang putihnya habis dan kami belum sempat belanja -- jadilah zuppa soup ala-ala, hanya kuah dan roti tapi enak sekali :3



2020 tinggal beberapa hari lagi.

Tahun ini meninggalkan kenangan dan pelajaran buatku -- pelajaran untuk melepaskan beberapa hal yang sudah pergi, supaya yang baru bisa masuk ke kehidupanku. Kenangan baru bersama teman-teman baru dan teman-teman lama; pertemanan yang tidak pernah sebelumnya 'diuji jarak' seperti sekarang; juga banyaknya berkah yang datang padaku seperti keluarga yang sehat dan utuh, teman-teman baik yang masih ada di kehidupanku, serta nikmat berupa banyaknya waktu luang dan pekerjaan yang stabil.

Aku tidak bisa berkata bahwa aku tidak menyukai tahun ini. Buatku, seperti tahun-tahun sebelumnya, hidup memang dipenuhi kebahagiaan dan kesedihan, orang-orang yang datang dan pergi, dan kesulitan serta kemudahan. Aku beruntung dapat menutup tahun ini dengan keadaan lebih bahagia, dikelilingi orang-orang baik, dan lebih percaya pada diriku dibandingkan 12 bulan yang lalu.


here's to the years and decades that follow -- come what may.













my 2020 moments --

Posted on

Monday, December 28, 2020

Category